Istana
Bunga Karya Maulana Febriyansyah
Dahulu kala, hiduplah raja dan ratu yang
kejam. Keduanya suka berfoya-foya dan menindas rakyat miskin. Raja dan Ratu ini
mempunyai putra dan putri yang baik hati. Sifat mereka sangat berbeda dengan
kedua orangtua mereka itu. Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna selalu
menolong rakyat yang kesusahan. Keduanya suka menolong rakyatnya yang
memerlukan bantuan.
"Ayah dan Ibu jahat. Mengapa menyusahkan
orang miskin?!"
Raja dan Ratu sangat marah mendengar perkataan
putra mereka itu.
"Jangan mengatur orangtua! Karena kau
telah berbuat salah, aku akan menghukummu. Pergilah dari istana ini!" usir
Raja.
Pangeran Aji Lesmana tidak terkejut. Justru
Puteri Rauna yang tersentak, lalu menangis memohon kepada ayah bundanya.
“Jangan, usir Kakak! Jika Kakak harus pergi,
saya pun pergi!"
Raja dan Ratu sedang naik pitam. Mereka
membiarkan Puteri Rauna pergi mengikuti kakaknya. Mereka mengembara. Menyamar
menjadi orang biasa. Mengubah nama menjadi Kusmantoro dan Kusmantari. Mereka
pun mencari guru untuk mendapat ilmu. Mereka ingin menggunakan ilmu itu untuk
menyadarkan kedua orangtua mereka.
Keduanya sampai di sebuah gubuk. Rumah itu
dihuni oleh seorang kakek yang sudah sangat tua. Kakek sakti itu dulu pernah
menjadi guru kakek mereka. Mereka mencoba mengetuk pintu.
"Silakan masuk, Anak Muda," sambut
kakek renta yang sudah tahu kalau mereka adalah cucu-cucu bekas muridnya. Namun
kakek itu sengaja pura-pura tak tahu. Kusmantoro mengutarakan maksudnya, "Kami, kakak beradik yatim piatu. Kami
ingin berguru pada Panembahan."
Kakek sakti bernama Panembahan Manraba itu
tersenyum mendengar kebohongan Kusmantoro. Namun karena kebijakannya,
Panembahan Manraba menerima keduanya menjadi muridnya.
Panembahan Manraba menurunkan ilmu-ilmu
kerohanian dan kanuragan pada Kusmantoro dan Kusmantari. Keduanya ternyata
cukup berbakat. Dengan cepat mereka menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan.
Berbulan-bulan mereka digembleng guru bijaksana dan sakti itu.
Suatu malam Panembahan memanggil mereka
berdua. "Anakku, Kusmantoro dan Kusmantari. Untuk sementara sudah cukup
kalian berguru di sini. Ilmu-ilmu lainnya akan kuberikan setelah kalian
melaksanakan satu amalan."
"Amalan apa itu, Panembahan?" tanya Kusmantari.
"Besok pagi-pagi sekali, petiklah dua
kuntum melati di samping kanan gubuk ini. Lalu berangkatlah menuju istana di
sebelah Barat desa ini. Berikan dua kuntum bunga melati itu kepada Pangeran Aji
Lesmana dan Puteri Rauna. Mereka ingin menyadarkan Raja dan Ratu, kedua orang
tua mereka."
Kusmantoro dan Kusmantari terkejut. Namun
keterkejutan mereka disimpan rapat-rapat. Mereka tak ingin penyamaran mereka
terbuka.
"Dua kuntum melati itu berkhasiat
menyadarkan Raja dan Ratu dari perbuatan buruk mereka. Namun syaratnya, dua
kuntum melati itu hanya berkhasiat jika disertai kejujuran hati," pesan
Panembahan Manraba.
Ketika menjelang tidur malam, Kusmantoro dan
Kusmantari resah. Keduanya memikirkan pesan Panembahan. Apakah mereka harus
berterus terang kalau mereka adalah Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna? Jika
tidak berterus terang, berarti mereka berbohong, tidak jujur. Padahal kuntum
melati hanya berkhasiat bila disertai dengan kejujuran.
Akhirnya, pagi-pagi sekali mereka menghadap
Panembahan.
"Kami berdua mohon maaf, Panembahan. Kami
bersalah karena tidak jujur kepada Panembahan selama ini."
“Saya mengerti, Anak-anakku. Saya sudah tahu
kalian berdua adalah Pangeran Aji Lesmana dan Puteri Rauna. Pulanglah. Ayah
Bundamu menunggu di istana."
Setelah mohon pamit dan doa restu, Pangeran
Aji Lesmana dan Puteri Rauna berangkat menuju ke istana. Setibanya di istana,
ternyata Ayah Bunda mereka sedang sakit. Mereka segera memeluk kedua orang tua
mereka yang berbaring lemah itu.
Puteri Rauna lalu meracik dua kuntum melati
pemberian Panembahan. Kemudian diberikan pada ayah ibu mereka. Ajaib! Seketika
sembuhlah Raja dan Ratu. Sifat mereka pun berubah. Pangeran dan Puteri Rauna
sangat bahagia. Mereka meminta bibit melati ajaib itu pada Panembahan. Dan
menanamnya di taman mereka. Sehingga istana mereka dikenal dengan nama Istana
Bunga. Istana yang dipenuhi kelembutan hati dan kebahagiaan.
Analisis dongeng Istana Bunga oleh Maulana Febriyansyah
1.
Unsur
Intrinsik
a.
Tokoh
dan penokohan
1)
Raja :
Kejam, dan suka berfoya-foya
2)
Ratu : Kejam,
dan suka berfoya-foya
3)
Pangeran
Aji Lesmana : Baik hati dan
suka menolong
4)
Puteri
Rauna : Baik
hati dan suka menolong
5)
Kakek
Panembahan Manraba : Sakti, dan bijaksana
b.
Plot/
alur
Menggunakan alur
maju, karena didalam dongeng ini lebih banyak mengisahkan kejadian yang akan
datang.
c.
Latar/
setting
1)
Latar
tempat
Istana kerajaan, di dalam gubuk, di
samping gubuk, dan di taman istana.
2)
Latar
waktu
Dahulu kala, suatu hari, malam hari, dan
pagi hari.
d.
Tema
Tema yang
diangkat oleh pengarang dalam dongeng ini menyangkut permasalahan kepribadian
dalam sebuah keluarga untuk menjadi lebih baik dengan rasa kasih sayang.
e.
Gaya
Pada dongeng
ini, pengarang menggambarkan gaya cerita yang mudah dipahami, sehingga pembaca
dapat mengerti dalam penafsiran arah jalan cerita yang digambarkan ataupun
diceritakan oleh pengarang.
f.
Sudut
pandang (Point of view)
Pengarang
sebagai orang ketiga yang berada di luar cerita bertindak sebagai pengamat
sekaligus sebagai narator yang menjelaskan peristiwa yang bersangkutan serta
suasana perasaan dan pikiran para pelaku cerita.
g.
Amanat
Janganlah
menyusahkan orang lain, bersikaplah dengan hati yang baik dan saling menolong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar