Kisah Nyata 1001 Pengalaman Bersama Dosen
Assalammu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh, nama saya adalah Fitriyani. Saya merupakan seorang mahasiswi di Universitas Maritim Raja Ali Haji yang berada di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Indonesia. Pengalaman saya selama mengikuti perkuliahan ini sangat banyak hal untuk diceritakan. Hal-hal yang menarik belajar bersama dosen antara lain bersama dosen mata kuliah bahasa inggris, Pak Muhammad Candra. Beliau mengajarkan kami untuk berbicara bahasa inggris meskipun kami berbicara seperti gado-gado. Pada saat itu, saya pernah memimpin presentasi berkaitan dengan ”paragraph” atau disebut dalam
bahasa Indonesia “paragraf”.
bahasa Indonesia “paragraf”.
Setelah menampilkan beberapa materi serta menjelaskan kepada teman-teman. Saya menunjukkan pertanyaan di layar infocus pada sesi pertanyaan. Secara tidak sengaja, saya langsung menanyakan siapa yang bisa menjawab. Semua pada terdiam, namun Pak Candra yang mengawasi dibelakang tersenyum dan mengatakan hebat bisa menjawab padahal pertanyaannya baru saja di tampilkan. Saya tersenyum dan mencoba menahan tawa. Dan sebelum mengakhiri pertemuan pada saat itu, beliau selalu memberikan motivasi untuk kami agar mempelajari dan berbicara bahasa inggris. Selama belajar bersama beliau, beliau telah memberi pengaruh besar bagi saya untuk mempelajari dan berbicara bahasa inggris.
Selanjutnya pengalaman belajar bersama dosen mata kuliah berbicara, Bu Isnaini Leo Shanti. Pada hari rabu pertemuan ke dua, kami diberikan tugas kelompok untuk menampilkan hasil diskusi melalui powerpoint pada pertemuan berikutnya. Setiap individu diberi kebebasan dalam memilih kelompok. Dan pada hari rabu selanjutnya setelah beberapa kelompok telah tampil, kami bertugas mempresentasikan materi mengenai paragraf. Kebetulan saya mendapatkan materi yang sama pada saat belajar bersama dosen Bahasa Inggris, Pak Candra mengenai materi paragraf.
Setelah pembukaan materi, kami menampilkan beberapa slide dan saya menjelaskan satu persatu materi yang ditampilkan di layar infocus. Bu Leo memperhatikan meteri yang kami tampilkan. Sebelum mengakhiri penjelasan pada powerpoint, beliau memotong penjelasan kami, karena beliau menganggap kami copy-paste dari kelompok kelas sebelumnya yang belajar bersama beliau. Semua orang seakan memojokkan kami ketepian. Kami sekelompok panik, namun saya lebih panik diantara yang lainnya. Saya yang bertanggungjawab atas semua ini. Saya terdiam disaat tekanan dari teman-teman menerkamku. Kami kembali duduk dikursi masing-masing dan saya duduk paling depan, Bu Leo berada didepan saya. Saya tahu beliau telah kecewa melihat tampilan kami. Beliau menasehati kami didepan teman-teman lainnya agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Pada saat beliau mengatakan kejujuran, saya berpikir untuk bertanggungjawab atas kesalahan ini. Pada waktu yang tepat disaat beliau berhenti menasehati kami, saya bangkit dari kursi dan berdiri dihadapan beliau. Saya mengatakan minta maaf karena semua ini adalah kesalahan dan tanggungjawab saya. Saya menjelaskan satu demi satu permasalahan yang telah terjadi. Saya juga mengatakan bahwa kami tidaklah mengcopy-paste. Setelah semua telah saya jelaskan dengan sejujur-jujurnya, saya duduk kembali dikursi.
Itulah pengalaman yang melekat dalam ingatan saya, pengalaman mengakui kesalahan dan bertanggungjawab. Beliau mengajarkan agar kami lebih kreatif, jujur, bertangggungjawab, berakhlak dan lainnya.
Pengalaman selanjutnya adalah pengalaman belajar bersama dosen mata kuliah teori sejarah sastra, Pak Suhardi. Beliau memiliki pengetahuan yang luas mengenai sejarah sastra di Indonesia. Beliau mengajarkan agar kami tidak menghilangkan sejarah yang terjadi di Indonesia, justru agar kami menjaga sejarah-sejarah baik dalam sastra maupun nonsastra. Namun, kami lebih ditekankan agar menjaga sejarah sastra di Indonesia.
Setiap hari senin, kami dihidangkan pengetahuan mengenai sejarah sastra di Indonesia. Setelah mengakhiri pertemuan, saya menghadap dan berbicara kepada beliau. Saya bertanya kepada beliau, “bagaimana cara membuat puisi yang bagus agar bisa diterbitkan di koran“ kerena saya menyukai bidang sastra, dan hobi membuat puisi. Beliau pun berkata ”Oh bagus, dulu ada seorang mahasiswa pendidikan bahasa dan sastra Indonesia yang mengirim puisinya di koran. Jadi kalau ingin membuat puisi yang bagus, harus meminta pendapat atau penilaian dari orang yang sudah ahli ataupun pengalaman.” Sejak saat itulah, beliau memberikan saya motivasi agar lebih giat membuat puisi untuk diterbitkan di koran.
Selanjutnya adalah pengalaman belajar bersama dosen mata kuliah perencanaan pengajaran bahasa Indonesia serta mata kuliah sanggar bahasa dan sastra Indonesia, Bu Titik Dwi Ramthi Hakim. Pada hari memperingati Hari Ibu, beliau memberikan kami kesempatan untuk tampil membacakan puisi tentang Ibu di Auditorium Universitas Maritim Raja Ali Haji Dompak, dan kamipun bersedia. Sebelum kami menampilkan puisi, teman saya dan saya membuat puisi Ibu untuk ditampilkan pada hari tersebut. Beliau membaca puisi karya kami berdua. Beliau memilih puisi saya karena menurut beliau, puisi saya lebih baik. Dan pada saat pelatihan membacakan puisi, beliau mengatakan bahwa saya sudah bagus membacakan puisi tersebut serta penghayatannya sudah dapat.
Pada saat itulah, saya lebih berani serta percaya terhadap cara, teknik dalam pembacaan puisi yang saya berikan ataupun saya bacakan.
Dan yang selanjutnya pengalaman belajar bersama dosen mata kuliah prosa fiksi dan drama, Bu Tessa Dwi Leoni. Belajar bersama beliau adalah hal yang paling menyenangkan bagi saya. Dimulai pada saat beberapa kelompok menjelaskan hasil laporan kelompok mereka. Dan pada sesi pertanyaan, beberapa teman bertanya berkaitan dengan unsur pembangun prosa yang terbagi atas beberapa pendapat para ahli apakah memiliki perbedaan. Namun, kelompok penyaji menjawab tidak ada yang berbeda dan tidak ada yang membedakan. Dan pada saat itulah, saya mulai mencoba membantu serta meluruskan jawaban terhadap pertanyaan tersebut dan menurut saya setiap pendapat para ahli, memiliki perbedaan melalui bagian-bagian terhadap unsur yang telah dibagikan menurut para ahli yang menjabarkan setiap unsur-unsur pembangun prosa tersebut.
Dan pengalaman yang begitu melekat dikehidupan saya adalah pada saat beliau memberikan kami tugas individu dalam memproduksi prosa dengan memperhatikan unsur pembangunnya dan menghasilkan cerita pendek (cerpen) karya sendiri. Kebetulan, saya memiliki beberapa catatan singkat untuk pembukaan dalam cerpen yang saya buat. Saya menceritakan bahwa ada seorang anak perempuan yang sedang bermimpi buruk dan dia tidak mengerti makna dari mimpi tersebut. Pada saat anak perempuan tersebut berangkat ke sekolah, dia menggunakan sepeda ontel pemberian dari ibunya yang telah meninggal. Dengan menyeberangi jalan perempatan, dia terjatuh diantara kendaraan-kendaraan yang melintas. Anak tersebut sudah berada di Rumah Sakit dan ayahnya berada disampingnya dengan memegang tangan anaknya karena takut kehilangan anak semata wayangnya.
Penggambaran tokoh Dokter yang saya tunjukkan tidak mengatakan sepatah katapun. Namun didalam kerangka karakter tokoh, saya menunjukkan bahwa tokoh Dokter memiliki sifat yang tegas.
Bu Tessa menceritakan dan mengomentari hasil cerpen karya seseorang yang tidak disebutkan namanya, beliau sengaja tidak menyebutkan nama pemilik cerpen tersebut, namun saya merasa bahwa itu merupakan hasil cerpen yang telah saya ciptakan. Beliau tersenyum terhadap hasil cerpen saya yang tidak tersusun dengan lengkap dengan penggambaran tokoh Dokter. Sejak saat itulah, saya semakin merasakan senang karena telah belajar bersama beliau.
Dan itulah pengalaman belajar bersama dosen selama mengikuti perkuliahan di Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Indonesia. Setiap pengalaman yang saya ceritakan memiliki keistimewaan tersendiri, dan semoga dari pengalaman belajar bersama dosen tersebut, dapat mengubah serta memperbaiki kepribadian saya dan kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar